Perkembangan Digital Marketing Ditahun 2022

Menurut data terbaru dari Global Web Index, orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 8,5 jam setiap harinya online, lebih dari setengahnya dihabiskan di open internet, yang termasuk konten berita online, over-the-top (OTT), dan juga streaming musik.
 
Konsumsi konten OTT di Indonesia meningkat 16 persen sejak Q3 tahun lalu, sedangkan media sosial hanya tumbuh sekitar 2 persen.
 
Tahun 2022 menjadi peluang bagi pengiklan untuk meningkatkan pertumbuhannya dengan tiga tren digital marketing yang ditawarkan oleh open internet.
 
1 . Memanfaatkan Data untuk Menjadi Lebih Fleksibel
Kita dihadapkan dengan realita di mana pembatasan dan kondisi pasar dapat berubah dalam hitungan detik, sehingga pengiklan turut beralih ke periklanan berbasis data, atau programmatic advertising (periklanan terprogram).
 
Cara ini memberikan mereka fleksibilitas untuk mengontrol secara penuh dan memanfaatkan setiap data yang tersedia untuk membeli impresi iklan sesuai dengan nilainya yang relatif dengan target bisnis jangka pendek atau panjang mereka.
 
Dengan kekuatan data, pengiklan dapat menayangkan atau memberhentikan kampanye mereka secara real-time; menyesuaikan anggaran; dan mengganti materi kreatif bahkan saat kampanye sedang berjalan.
 
Perusahaan yang gesit terhadap perubahaan akan selalu berada di depan karena kemampuan bisnisnya untuk beradaptasi, menyesuaikan pesan, dan tetap menarik konsumen meskipun perubahaan yang tidak terduga tengah terjadi.
 
Pandemi telah mempercepat adopsi penggunaan periklanan terprogram karena pengiklan juga dituntut untuk dapat fleksibel karena situasi dapat berubah sewaktu-waktu. Periklanan terprogram memastikan hal-hal dasar dari keberhasilan suatu kampanye, memastikan iklan sampai ke audiens dan perangkat yang akurat, dan juga frekuensi paparan yang sesuai.
 
Open internet memungkinkan pengiklan untuk melakukan hal-hal tersebut. Dengan anggaran dana yang semakin diperhatikan di tahun yang baru, peran periklanan terprogram untuk mencapai tujuan kampanye menjadi semakin penting dibandingkan tahun sebelumnya.
 
2. Menghubungkan Periklanan dengan Hasil Bisnis di Dunia Nyata
Dulu, pengiklan sangat tergantung pada indikator kerja utama (KPI), seperti cost per thousand (CPM), cost per action (CPA), click-through rates (CT R) untuk mengukur kinerja suatu kampanye. Namun sebenarnya, penggunaan KPI ini tidak sesungguhnya merefleksikan pertumbuhan bisnis.
 
Pandemi telah mempertajam fokus terhadap pengukuran iklan dan juga pentingnya menghubungkan kinerja kampanye ke hasil bisnis. Banyak pengiklan yang akan mencari metrik untuk mengukur dampak dari iklan yang sesungguhnya, seperti penjualan offline dan online, kunjungan ke toko, dan persepsi brand.
 
Saat kondisi pandemi semakin membaik, pengiklan juga akan menilai kembali cara pengukuran iklan mereka dalam dunia fisik dan digital, saat konsumen sering berpindah aktivitas antara dunia online dan offline.
 
Sekarang, perusahaan dapat menggunakan platform untuk mengukur kunjungan offline (toko) untuk kampanye digital mereka, dari industri hiburan, properti, otomotif, FMCG, dan fashion. Pemain di sektor pariwisata dan perhotelan juga dapat mengukur keberhasilan dari paket Iiburan yang dipromosikan.
 
Dengan menggunakan wawasan dari data Iokasi, pengiklan yang memiliki gerai atau toko fisik dapat mengoptimalkan kampanye pemasaran mereka saat berjalan dan menggunakan wawasan dari kampanye tersebut untuk merancang strategi media serta biayanya untuk mendapatkan hasil bisnis yang lebih baik lagi.
 
3. Strategi Pemasaran Omni-channel adalah Kunci
Saat ini konsumen memiliki berbagai jenis pilihan dari perangkat dan konten, baik dari situs web, aplikasi mobile, OTT, streaming audio, dan juga podcast, sebagai gambaran, dan ini belum semua.
 
Kembali mengutip Global Web Index, lebih dari 30 persen pengguna internet di Indonesia memiliki lebih dari dua perangkat dan 7 persen memiliki lima perangkat.
 
Melalui perangkat-perangkat ini, orang Indonesia menghabiskan waktu mereka lebih banyak di open internet untuk mencari konten yang mereka suka. Dengan audiens yang terus berpindah dari satu platform ke platform Iainnya, pengiklan dapat memberikan lebih banyak cerita unik di open internet.
 
Contohnya, kampanye dimulai dari pagi dengan iklan berbasis audio di radio digital, dilanjutkan dengan tampilan iklan di desktop saat istirahat makan siang, Ialu iklan di aplikasi mobile saat berhenti bekerja sejenak, dan ditutup dengan iklan berbasis video saat malam hari di kanal OTT. Perjalanan cerita seperti ini hanya dapat dilakukan di open internet.
 
Konsumen hidup dengan cara yang beragam, dan periklanan yang efektif harus dapat merefleksikan keberagaman tersebut.
 
Dengan mulainya tahun baru, pengiklan harus memanfaatkan data agar lebih fleksibel dan membuat keputusan tepat yang akan mengoptimalkan kampanye mereka saat sedang berjalan.
 
Menurut The Trade Desk, dengan kemampuan untuk menghubungkan belanja iklan dan pencapaian bisnis, pengiklan dapat mendemonstrasikan keberhasilan kampanye mereka dan juga pertumbuhan bisnis.
 
The Trade Desk mengaku menawarkan platform pembelian iklan berbasis kecerdasan buatan (Al) yang memberikan wawasan di setiap tahap perjalanan digital konsumen, menganalisis perangkat mana dan ekosistem penjelajahan seperti apa yang menghasilkan konversi terbanyak.
 
Terakhir, pengiklan dapat terhubung dengan audiens mereka secara efektif dengan memberikan pengalaman yang terpadu melalui strategi omni-channel.
 
Open internet memberikan peluang baru bagi pengiklan untuk terhubung dengan audiens mereka di setiap perjalanan konsumen.
 
Dengan pengiklan yang semakin sadar terhadap kekuatan dari data, mereka akan mengukur dan membandingkan efektivitas dari kampanye mereka di setiap kanal periklanan. Situs web, aplikasi, streaming audio, dan OTT. Semua ini hanya mungkin dilakukan di open internet.
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *